Menikmati Wajah ‘Cantik’ yang Klasik
Rizki Dinar Winiar
Hanya bisa tersenyum… itu yang kulakukan ketika mama bercerita tentang masa lalunya, termasuk cerita tentang kakek buyutku yang katanya punya mata biru dan rambut pirang, seorang arsitek lulusan Leiden yang ikut merancang jalan raya Anyer-Panarukan. Ah mama… sekalipun cerita itu nyata, tetap saja aku tak merasa dekat dengan negeri nun jauh itu. Apalagi ‘tampang’ kita juga jauh banget dari ‘titisan’ kompeni, ha..ha..ha..
Tapi, entah apa yang menggerakan hatiku kemudian, aku begitu tertarik mendalami negeri ini ketika melihat notifikasi lomba penulisan blog Belanda yang kudapatkan melalui milist alumni kampusku. Segeralah aku mengunduh persyaratannya dan melengkapi segala hal yang dibutuhkan. Semangat besar membumbung di dadaku, ingin sekali rasanya mengunjungi negara yang telah lama disebut-sebut mamaku.
Tak sulit mencari informasi tentang apa dan bagaimana Belanda itu. Aku punya banyak kakak kelas yang telah berkesempatan mengunjunginya. Satu persatu dari mereka mengurai cerita indah yang membuatku semakin rindu untuk menikmati panoramanya…
Belanda, punya ‘wajah’ cantik yang klasik, di mana garis-garis tinggi mengukir kota dalam lingkaran air. Dinding merah bata yang hangat berpadu dengan cantiknya warna-warni tulip, amarylis, daffodil dan hyacinth. Bisa kubayangkan, betapa romantisnya berada di hamparan sentra bunga yang cantik di Aalsmeer dan permadani keindahan di Keukenhof, serta sejuknya mata melihat hijaunya Boskoop. Mereka memang punya selera bagus dalam menata tiga area pertaniannya; untuk produksi tanaman, susu dan peternakan serta hortikultura atau perkebunan. Bahkan mereka membagi lahannya kembali menjadi padang rumput, tanah pertanian dan perkebunan. Jalan-jalan air dan tanggul yang saling berhubungan membuat irigasi demikian sempurna menghidupi lahannya yang subur.


Keukenhof
http://farm1.static.flickr.com/194/501216272_0ee133d0db.jpg http://www.amsterdamtulipmuseum.com/index.php5?mode=keukenhof
Bunga yang cantik tak selalu berharga mahal, harganya per 10 batang 2,5-4,5 E (1 E = Rp.14.000). Hm, jauh lebih murah daripada 1 potong mawar valentine yang kutemui di Pasar Cikini. Umumnya, Belanda mengekspor bunga-bunga indah ini sebanyak 9 juta potong per tahun ke tiga negara, yakni United Kingdom, Italia dan Russia.
Hm.. Kucerna kembali cerita kakak kelasku sore ini sambil menikmati lamat-lamat foto yang ada di hadapanku, sebuah trem yang melintas di atas jembatan Amsterdam. Jadi ingin tahu, bagaimana ya rasanya naik trem...? Pasti menyenangkan karena trem memiliki begitu banyak jendela untuk melihat pemandangan. Tak kalah menarik, sepeda merupakan salah satu alat transportasi yang kerap dijumpai di Belanda. Selain hemat energi dan bebas polusi, tentu saja sepeda mampu menyempurnakan ‘wajah’ cantiknya yang klasik, seperti membawa kembali kenangan yang lama dalam sudut-sudut kota tua.
Courtesyof Mr. Dian Sidik dalam FB Abdurrahman
http://ohwhen.files.wordpress.com/2007/12/amsterdam.jpgSeperti di negara belahan Eropa lainnya.. roti, keju, susu, telur dan daging adalah makanan utamanya. Daging sapi, veal (daging sapi muda), ayam, bebek, kambing, babi dan kalkun disajikan dalam porsi yang cukup besar. Harap maklum, mungkin ini merupakan bentuk adaptasi suasana Belanda yang beriklim sejuk. Keju yang dijual pun lebar-lebar, dalam porsi yang tidak umum dijumpai di indonesia. Nah, jika kita sedang berada di sana dan rindu dengan makanan Indonesia, jangan kawatir! Kita bisa membeli bahan-bahannya di toko Asia.
cheese
www.photoatlas.com/pics01/pictures_of_netherl...

Selain kecantikannya yang tak lekang oleh zaman, Belanda ‘kaya’ akan ilmu dari berbagai dimensi waktu. Tengok saja berbagai jurnal ilmiah dalam bidang kesehatan dan teknologi, Belanda masih menjadi salah satu referensi dunia. Dan dengan ikatan emosionalnya yang kuat dengan bangsa ini, orang Indonesia akan disambut hangat jika mengunjungi Belanda. Banyak dari mereka yang fasih melakukan sapaan atau percakapan sederhana seperti ‘assalamualaikum’, ‘selamat pagi’ dan ‘mau berangkat kapan?’ Toleransi keagamaannya juga demikian tinggi, kita dapat sholat di mana saja tanpa ada yang melarang.. bisa di pasar, sudut jalan atau taman. Ini berarti, Belanda juga bisa menjadi tempat yang indah untuk merasakan damainya dunia.
Keunikan lain dari bangsa ini adalah kemandirian para ‘penghuni’-nya. Teh Hana, kakak kelasku bercerita kalau kita harus hati-hati jika ingin memberikan pertolongan seperti mempersilakan orang yang lebih tua untuk duduk di trem, atau menolong orang tua yang terjatuh walaupun kakinya berdarah. Cerita yang sama juga dilantunkan oleh kakak kelasku yang lain, Mba Iis dan tim selama short-course di KIT Amsterdam. Katanya, orang bule merasa risih bila berada di Indonesia karena apa-apa dibantu; mau kopi dibuatin, mau parkir diparkirin dsb. Mereka terbiasa melakukan segala hal dengan tangannya sendiri, terlebih jika itu adalah sesuatu yang amat sederhana.

Zaanse Schans
http://travelonthedollar.com/wp-content/uploads/2009/04/zaanseschans.jpg
Ah.. Belanda.., negeri cantik yang dihiasi sepatu kayu, kincir angin, tulip dan keju. Mungkin, miniaturmu bisa kutemukan jika aku mengunjungi Zandaam Zaanse Schans suatu hari nanti. Tak peduli 5 baris strippen kart dan perjalanan bawah laut yang akan kulalui dari Amsterdam Centraal. Kuyakin, wajahmu yang selalu cantik akan terus bersinar menemani hari-hariku nanti. Bersama sang waktu, biarlah kulambungkan harapku untuk bisa mendalami ilmu yang kau miliki dan membaginya dengan harapan memajukan negeri ini. (RDW)
Terima kasih tak terhingga untuk narasumber-narasumber yang mau direpotin: Teh Raihana Alkaff, Mba Iis Sinsin, Pak Abdurrahman, Pak Dian Sidik dan inspirasi dari Mamaku tercinta. Untuk siapapun yang pernah mengunjungi negeri ini, rindukah kalian menikmati kecantikannya kembali?
Ref lain :
www.nationsencyclopedia.com/Europe/Netherlands-Agriculture.html