Rumah Ilmuwan

Rumah ilmuwan
Rizki Dinar Winiar
Dunia tahu, bahwa Belanda punya catatan panjang dalam menemukan & menciptakan! Kontribusinya pada perkembangan peradaban dunia telah mengantarkan Belanda menjadi salah satu negara yang paling maju, modern, dan paling makmur di dunia. Bahkan Universitas Leiden, universitas tertua di negara itu, telah berdiri lebih dari empat abad yang lalu, yakni tahun 1575. Wuih, tuwir amat ya?!
Hm.. maka kali ini, aku ingin mengajak teman-teman menikmati perjalanan keilmuan di negeri Tulip yang indah ini..

Belanda, tak hanya dikenal karena penemuannya yang sederhana tapi berguna, seperti kincir angin untuk perairan dan pertanian, melainkan juga menjadi salah satu tolak ukur perkembangan ilmu kesehatan hingga biologi molekuler dunia.

Sekarang, siapa yang pernah tahu bagaimana vitamin bermula?

Christiaan Eijkman, lahir tanggal 11 Agustus 1858 di Nijkerk, Netherland. Ia merupakan anak ke 7 dari Christiaan Eijkman dan Johanna Alida Pool. Setelah besar, Eijkman mengambil study di Military Medical School University of Amsterdam dan lulus sebagai putra terbaik. Selanjutnya ia bekerja sebagai tenaga medis pada Netherlands Indies Army. Eijkman hijrah ke Indonesia (kala itu disebut Indies/Hindia) dan mendapat kepercayaan menjadi Direktur pada “Dokter Djawa School.”

Eijkman banyak melakukan berbagai riset penting, khususnya penyakit tropis yang menghinggapi penduduk pribumi. Salah satu penemuannya yang terbesar adalah kurangnya subtansi penting dalam makanan pribumi yang menyebabkan penyakit beri-beri, yang ia teliti dari beras makanan sisa tawanan pribumi. Penelitian ini diteruskan oleh Gerrit Grijn, dokter yang juga mempunyai kualifikasi terbaik, alumnus Universitas Utrehct. Ia menyempurnakan penelitian Eijkman dengan mengemukakan bahwa substansi yang dimaksud tidak mudah untuk dipisahkan, menunjukkan bahwa substansi ini merupakan hal yang kompleks dan tidak bisa digantikan oleh komponen kimia sederhana. Ini adalah ‘statement’ pertama tentang konsep vitamin, yang hanya dipublikasikan di Belanda dan baru diketahui dunia setelah 25 tahun berlalu! Wow!

Dan siapa sangka, penemuan ini telah mengantarkan Eijkman mendapatkan hadiah nobel tahun 1929 sebagai penemu konsep vitamin. Eijkman lantas mengabdikan dirinya menjadi Professor pada ilmu kedokteran forensik dan hygiene Univ Utrecht dan namanya diabadikan menjadi salah satu lembaga pusat penelitian kedokteran tropis terkemuka di dunia.

Keren! Itulah kata yang terlintas di benakku ketika membaca biografi sang ilmuwan.

Utrecht University
blog.sjoerdderidder.nl/%3Fpaged%3D3

Kereta wisata ini tak berhenti disini teman, mari kita lihat lagi ‘keajaiban’ lainnya dalam peta ilmu kedokteran Belanda. Agak-agak susah nih namanya, Microarray dan Multiplex Ligation-dependent Probe Amplification (MLPA). Ini merupakan teknik baru dalam bidang molekuler yang dikembangkan oleh MRC-Holland. Teknik berbasis multiplex PCR ini memungkinkan kita melihat perubahan satu basa dalam DNA sequence. Kelebihannya dibandingkan dengan teknik multiplex PCR konvensional adalah dalam hal kecepatan, hingga dapat mendeteksi lebih dari 40 perubahan basa sekaligus dalam satu eksperimen dan relatif lebih murah dibandingkan metode molekuler lainnya. Dengan metode ini, banyak penyakit genetika bisa terdeteksi, seperti deteksi kelainan kecil pada sub telomer kromosom dalam diagnosis genetika retardasi mental dan kelainan syndrome serta deteksi gen kanker payudara dan kanker kolon.

Dengan perkembangan ilmu kedokteran yang begitu canggih, Belanda tidak melupakan aspek kesehatan masyarakat yang juga mempunyai peranan dalam ‘sehat-tidak’nya suatu masyarakat. Yup! karena begitu banyaknya penyakit yang ngga cuma berasal dari aspek genetika atau pola makan aja, tetapi juga kebiasaan/ perilaku kita sehari-hari. That’s why… si negeri tulip cukup concern dengan hal ini.
Temanku yang mendapat kesempatan beasiswa belajar di Medical Anthropology, University of Amsterdam bilang… ada 1 topik menarik yang bikin surprise! Belanda punya dokumentasi yang membahas bermacam-macam pengobatan dari berbagai daerah lintas negara dan diperkaya dengan film-film dokumenter tahun 1930-an tentang papua… haaa? Jangan-jangan, kita pun ngga punya dokumentasi seperti itu. Tentu saja, ilmu budaya manusia seperti antropologi dapat menjadi jembatan penting untuk melihat hubungan antara perilaku dan kesehatan masyarakat setempat. Lebih jauh lagi, kita juga bisa melihat ‘when eastern meet western or traditional meet modern concept’ yang mungkin dapat memperkaya ilmu tentang kehidupan.

Universiteit van Amsterdam
www.let.rug.nl/~egg/LOT06/descri...ion.php4

Senyum kemudian menyungging di bibirku, karena kutahu Belanda masih mempunyai banyak keunikan dalam aspek ilmu kesehatan dan humanisme. Belanda, dengan kebijakannya yang berani memperbolehkan ‘suntik mati’ atau Euthanasia dilakukan meskipun dengan izin ketat dari komisi pemeriksa regional setempat. Belanda juga punya tempat untuk kaum homoseks berinteraksi dan melakukan pernikahan sejenis walaupun di banyak belahan dunia ide ini masih diperdebatkan. Belanda, selalu punya tempat untuk ilmuwan-ilmuwan yang mempunyai gagasan berani dalam menemukan dan menciptakan! Semoga saja wisata ilmu kali ini bisa membawa pencerahan bagi peneliti-peneliti muda negeri ini. Semangat Indonesiaku! (RDW)

Sumber Ref:

www.nobelprize.org

www.eijkman.go.id

www.rnw.nl

www.pasca.undip.ac.id

http://i1.trekearth.com/photos/3420/dutch-tulips-a-x-bc.jpg

www.kb.nl/hkc/nobel/eijkman/eijkman.html

wikipedia

KOMPAS. Kuliah Ke Luar Negeri Itu Mudah (2). PT Kompas Media Nusantara. Jakarta: 2005


Repost : Facebook


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

yuni said...

two tumbs up for this article ^_^

Post a Comment